![]() |
| Angku Umar (dua dari kiri) |
Melihat sosoknya yang penuh semangat
memang menggambarkan betapa gigihnya ia bekerja. Meski raga tak lagi
muda, kulit yang sudah mulai keriput, namun senyum tak pernah hilang
dari wajahnya. Ialah Umar Malin Parmato atau yang akrab disapa Ongku
Umar. Kakek berusia 83 tahun ini merupakan penerus dari alat musik
tradisional khas Silungkang, Calempong Batuang.
Calempong batuang terbuat dari batuang(bambu,red). “Mulonyo dari nenek moyang, tu turun manurun hinggo ka ambo. Ambo baraja dari induak, dek ocok mancoliak baliau main.”
Ujar Ongko. Kecintaannya terhadap seni memang membuat ia kerap
memainkan alat musik ini sehari-hari. Dikala hati dilanda gundah,
calempong batuanglah yang menjadi sahabat sejatinya, beragam lagu bisa
ia mainkan, tanpa pernah mengecap bangku pendidikan. Semua mengalir
begitu saja, karena memang diraganya terdapat darah seni dari sang
bunda. “Sakali mandanga lagu, ambo alah bisa mamainkannyo pakai calempong ko mah nak” , tambahnya lagi.
Ia tak hanya mahir memainkan calempong batuang, tapi juga calempong kayu dan calempong pacik. “Dulunyo
ambo baraja dari calempong kayu, tu baru ka calempong pacik jo batuang.
Kami ocok main batigo baradiak, pai maarak marakpulai jo anak daro,
tampil di acara-acara adaik, tapi sajak adiak bungsu maningga tahun
2005, tingga ambo jo Basri yang manaruihan lai” ungkap ayah beranak tujuh ini.
Calempong batuang mulai dikenal luas
semenjak adanya otonomi daerah tahun 1990. Saat itu pemerintah
Sawahlunto mencari budaya lokal untuk dikembangkan. Awalnya yang
diperkenalkan oleh Ongku Umar ialah Marunguih, dendang saluang. Kemudian
barulah Calempong batuang. Dengan calempong batuangnya, Ia pernah
tampil di kantor Camat dan diundang ke rumah walikota Sawahlunto. Tampil
di Pekan budaya dinas Pariwisata Kota Padang dan pernah tampil juga di
Malaysia melalui orkes parmato hitam.
Proses pembuatan calempong ini pun
tidaklah sulit. Hanya perlu mencari bambu dengan diameter tertentu, lalu
dipotong dan mulai dibentuk. Bagian terluar bambu disayat sebanyak enam
buah, lalu dipasak dengan bambu pula hingga didapat ketegangan
tertentu. Dengan telinganya Ongku bisa menentukan urutan nada yang ingin
dibuat. Kemudian barulah dipukul dengan bambu berukuran kecil seperti
stik drum. Telah banyak calempong batuang yang ia hasilkan. “hmm... Pernah dulu datang urang dari prancis mambali calempong ko, tu urang dari dinas pariwisata”, gumamnya seraya mengingat-ingat.
“Nan mambuek ambo tanamo katiko
tampil di Puncak Cemara Sawahlunto, bapakaian randai, tu nyo liput dek
TVRI tahun 2010. Tu kato urang nan datang karumah ambo nyo coliak di
internet pulo” ungkapnya bangga. Selama memperkenalkan calempong
batuang banyak manfaat yang ia rasakan, rasa bangga yang tak terhingga,
setiap kali tampil diberi uang, ini bisa membantu kehidupannya yang
sehari-hari hanya sebagai petani.
Namun sayang, sebagai pelestari budaya
tradisional yang hampir punah ia tak mendapatkan perhatian khusus dari
pemerintah kota Sawahlunto. Rumah yang ia huni sangat sederhana.
Lantainya beralaskan semen, atap pun sudah banyak yang bocor. “Rumah
iko dulunyo kantua desa, dek alah adoh bangunan baru makonyo iko ambo
jadian rumah. Dulu pernah ado bantuan dari pemerintah kota tapi indak
sampai katangan ambo, indak tau lah dima tasangkuiknyo. Kaba tabaru yang
ambo donga akan ado reword dari kota, tapi sampai kini alum joleh.” Ungkapnya sedih.
Di usia nya yang tak lagi muda, ia sudah
mengajarkan calempong batuang kepada sang anak, Misriani dan
cucu-cucunya. Ia ingin Calempong batuang ini dilestarikan. Ia ingin
mendirikan sanggar untuk siapa saja yang ingin belajar Calempong
batuang. Ia tak mau budaya khas Silungkang ini hilang dimakan zaman. “Datanglah
karumah Ambo di jalan microwave dusun Sungai cocang Desa Silungkang Oso
Kecamatan Silungkang Sawahlunto, ambo sanang kalau urang nio baraja,
bia ambo ajaan. Telepon ambo jadi juo ka nomor 085375087135” tuturnya dengan penuh harapan.
Semasa hidupnya ia habiskan untuk
mengabdi kepada masyarakat. Ia pernah menjabat sebagai kepala desa
selama 10 tahun, dan kini ia diamanahi sebagai kepala dusun sungai
Cocang. Ia juga merupakan pelopor pendiri SDN 13 Silungkang Oso yang
dengan susah payah ia perjuangkan. Tak salah jika ia diamanahi sebagai
ketua yayasan dari sekolah tersebut. Begitu banyak inspirasi yang bisa
kita peroleh darinya.









0 comment:
Posting Komentar